PuSh MaiL

Semakin hari semakin tinggi saja kebutuhan update informasi yang dibutuhkan kaum profesional. Dalam kondisi mobile sekalipun, akses informasi tetap diperlukan untuk mengetahui perkembangan situasi maupun memantau berbagai aktivitas kantor.

Mulanya, SMS adalah salah satu pilihan. Namun, keterbatasan jumlah karakter dalam SMS membuat ketidaknyamanan untuk berbagai informasi panjang. Apalagi jika digabung data dan image. E-mail lalu menjadi medium yang paling tepat saat ini.

Namun, surat elektronik ini lazimnya diakses melalui komputer atau laptop yang terkoneksi dengan jaringan internet. Padahal, perangkat itu tidak selamanya dibawa seorang eksekutif atau profesional. Begitu juga koneksi internet.

Adanya konvergensi, e-mail pun pindah medium dan bisa diakses secara mobile melalui perangkat seluler, baik melalui PDA ataupun smartphone. Konvergensi teknologi informasi dengan telekomunikasi berhasil mengatasinya.

Akses mobile e-mail makin diminati ketika layanan push mail muncul. Berbeda dengan pull mail, push mail jauh lebih mudah diakses, selayaknya SMS. Dilengkapi fitur incoming alert, membuat push mail sangat efisien karena e-mail langsung masuk ke mailbox dan memberi tanda kepada penerima.

Untuk menjawabnya pun semudah mengirim SMS. Tak heran jika karakter push mail dirasa sesuai dan sangat mendukung kebutuhan kaum metropolis yang semakin mobile. Dengan push mail, pengguna tak perlu lagi melakukan browsing dan berkali-kali memeriksa mailbox untuk mengetahui surat masuk, seperti menggunakan pull mail.

Seperti halnya e-mail, push mail juga bekerja dengan basis IP (internet protocol) yang bisa diakses melalui GPRS, sebuah kanal komunikasi data di infrastruktur telekomunikasi seluler.

Beberapa operator telepon seluler telah mengeluarkan produk push mail yang kini bisa diakses menggunakan jaringan 2,5 G/GPRS dan juga 3G. Saat ini diperkirakan ada sekitar 5 persen pelanggan seluler yang sudah menggunakan layanan ini melalui teknologi GPRS.

Ketika 3G mulai beroperasi di Indonesia, push mail pun naik kelas dan masuk ke teknologi 3G. Ada operator yang menjual layanan push mail (baik dengan GPRS maupun 3G) dipaket dengan handset-nya, misalnya Blackberry. Ada pula yang tidak.

Artinya, push mail bisa diakses semua jenis ponsel yang memiliki kemampuan GPRS atau software browser. Pengguna hanya perlu mengatur dan mengaktifkan GPRS sebelum menggunakan mobile mail. Supaya dapat menerima alert, ponsel harus memiliki kemampuan "WAP push". Semua e-mail POP3 dan IMAP didukung oleh fasilitas ini.

Beda sistem

Tampaknya seiring tuntutan globalisasi dan untuk selalu terhubung dengan informasi, tren push mail akan terus meningkat. Kebutuhan pasar pada dan kemudahan push mail ibarat dua magnet yang berhadapan.

Apalagi dengan berkembangnya teknologi 3G, semakin memungkinkan kita mengakses push mail dari mana saja dengan kecepatan tinggi. Walau saat ini luas cakupan 3G belum seluas GPRS, tetapi paling tidak pemakai push mail memiliki pilihan akses. Mengakses e-mail melalui GPRS dengan kecepatan sekitar 50-an Kbps atau dengan 3G yang bisa mendapatkan sampai 300-an Kbps.

Penggunaan push mail memang semudah SMS, tetapi berbeda nilainya. Jika komunikasi data yang dilakukan melalui SMS bertarif Rp 250 untuk sekali kirim maksimal 160 karakter dikombinasi dengan pengiriman image melalui MMS, maka push mail (via GPRS) Rp 10/kb. Dengan kata lain, relatif lebih murah.

Seiring dengan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap teknologi informasi, di masa mendatang bisa diprediksikan komunikasi data akan menjadi sebuah kebutuhan masyarakat luas. Tak hanya kaum profesional, tapi juga para pribadi aktif.

Mereka adalah pasar yang butuh kotak surat di tangan atau di sakunya. Apalagi, belakangan ini konvergensi teknologi informasi dan komunikasi semakin mengkristal dan melahirkan berbagai produk yang berbasis IP yang bisa menjawab kebutuhan akan kecepatan, aksesabilitas, serta efisiensi dalam biaya. Maka, bisa diperkirakan pasar push mail pun akan turut berkembang.

Secara teknis, bagi operator untuk memanajemeni SMS dan push mail tentu saja berbeda. Operasional SMS menggunakan sistem signaling yang memiliki banyak proses. Proses ini bebannya terletak di jaringan utama (seperti switching), di mana komunikasi suara dikelola.

Sementara, untuk operasional GPRS digunakan data package. Operasional GPRS ditangani jaringan yang berbeda dengan SMS, sehingga jika terjadi peningkatan trafik dalam penggunakan GPRS, pengaruhnya ada di kanal data.

Dalam operasional operator, untuk akses push mail via GPRS dilayani dengan dua model. Yang pertama dedicated channel, di mana sejumlah kanal di BTS didedikasikan untuk melayani trafik GPRS. Model ini biasanya diterapkan untuk wilayah-wilayah dengan trafik data yang tinggi.

Sedangkan untuk area yang trafik komunikasi datanya rendah, dilayani dengan system on demand. Kanal untuk data tidak dedicated. Akibatnya, bisa saja jika di kanal tersebut sedang penuh oleh trafik suara, maka trafik data tidak bisa dilayani. Pada saat itu, bisa saja pengguna push mail mengalami kegagalan akses data.

Tak ada kanibalisme

Masyarakat Indonesia boleh dibilang cepat dalam menyerap teknologi. Lihat saja ujung barat Indonesia, Aceh. Sejak pemulihan Aceh pascatsunami, banyak LSM asing hadir dan "membawa" berbagai perangkat telekomunikasi canggih yang memacu percepatan pembangunan infrastruktur di sana, salah satunya jaringan backbone internet.

Salah seorang pucuk pimpinan LSM asing pernah terkejut ketika berjumpa dengan salah seorang korban tsunami, yang ternyata ponselnya jauh lebih canggih ketimbang yang dimiliki bos LSM tersebut.

Lain di Aceh, lain pula di Papua. Di wilayah paling timur Indonesia ini, sekalipun infrastruktur dan perangkat telekomunikasinya masih terbatas, masyarakat Papua tergolong antusias mempelajari kemajuan teknologi komunikasi informasi.

Contohnya, di Wamena. Sebuah fasilitas internet (berbasis satelit dan disediakan LSM asing), setiap hari ramai dikunjungi anak-anak sekolah. Padahal, mereka harus menempuh puluhan kilometer untuk sampai ke kios internet itu. Ada yang sekadar belajar mengenal komputer sampai menulis e-mail.

Ke depan, rasanya tidak akan terjadi kanibalisme antara SMS dan push mail karena keduanya memiliki guna dan nilai berbeda. Segmen penggunanya pun beda. Segmen SMS tumbuh seiring meningkatnya penetrasi seluler, sementara pasar push mail tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan meningkatnya pemahaman masyarakat akan pentingnya akses informasi secara cepat.

0 comments: