Menghilangkan Proses Birokrasi Informasi,,

Ketika teknologi short message service atau SMS diciptakan, siapa yang membayangkan adopsi luar biasa pengguna peralatan telekomunikasi. Seperti yang tercermin dalam nama yang dipakai, short atau "pendek", SMS merupakan teknologi pengiriman pesan pendek sepanjang maksimum 160 karakter.

Dalam perkembangan beberapa tahun terakhir, penggunaan SMS sangat fenomenal, setidaknya yang kita tahu langsung, yaitu di Indonesia. Tanpa membicarakan secara eksplisit mengenai jumlah traffic SMS, kita bisa membayangkan suatu angka penggunaan yang sangat besar.

Ini termasuk penggunaan SMS untuk hal-hal bersifat hiburan seperti gosip, sampai penggunaan untuk berkomunikasi satu sama lain. Dan apa yang hendak saya share merupakan pengamatan berdasarkan pengalaman bekerja di lingkungan pemerintahan selama lebih kurang tujuh tahun terakhir.

Kenapa SMS sangat gandrung dipergunakan di lingkungan pemerintah? Semua orang memiliki ponsel. Ini faktor yang sangat penting. Tingkat perkembangan jumlah pengguna ponsel di Indonesia beberapa tahun terakhir ini meningkat sekitar 25-28 persen setiap tahunnya.

Dengan pengguna ponsel di Indonesia sekitar 65 juta orang, dapat dipastikan hampir semua orang yang bekerja di pemerintahan, khususnya di kota-kota besar, memiliki fasilitas ponsel, dan sejauh ini saya belum menemukan seseorang pun yang memiliki ponsel di pemerintah yang tidak dapat mengirimkan dan menerima pesan SMS.

Bersifat non-obtrusif



Hal lain, SMS bersifat non- obtrusif. Penggunaan SMS tidak mengganggu secara langsung orang yang dihubungi. Dalam kesehariannya, seorang yang bekerja dalam lingkungan pemerintah berkecimpung dalam berbagai pertemuan atau acara sehingga sering kali sulit untuk menerima panggilan telepon.

Adanya kondisi seperti fasilitas SMS merupakan solusi yang paling cocok karena pesan diterima tanpa mengganggu aktivitas. Bahkan, sering dalam pertemuan-pertemuan banyak hal yang dapat dilakukan (seperti berkoordinasi) sambil duduk dan hadir dalam pertemuan.

Saya pun sering kali melakukan hal serupa, ketika di dalam sidang DPR harus koordinasi dengan berbagai pihak mengenai pertemuan atau kegiatan lainnya. Dan ketika memerhatikan seputar ruangan, sering kali saya juga melihat hal yang sama dilakukan oleh peserta-peserta rapat lainnya. Kelihatannya penggunaan SMS dalam pertemuan semakin dapat diterima di Indonesia sehingga memungkinkan seseorang untuk ikut di suatu pertemuan, tetapi tetap kontak dengan dunia luar.

Fitur lain SMS adalah mudah memberikan instruksi secara tersebar. Sarana SMS merupakan fasilitas yang sangat memungkinkan seseorang memberikan instruksi secara jelas kepada banyak pihak secara mudah. Dalam keseharian, saya memerhatikan dan mengalami sebagian besar dari pemimpin-pemimpin dalam kantor pemerintah menggunakan SMS sebagai alat untuk menyampaikan instruksi sebagaimana halnya memo singkat, yang ditembuskan (cc) atau di bcc (blind copy).

Sebetulnya jelas, rancangan teknis SMS tidak dibuat sebagai alat komunikasi yang andal dan lengkap sebagaimana rancangan teknis electronic mail (e-mail). Namun, jelas penggunaannya saat ini sudah seperti menggunakan e-mail atau memo, dan sering kali menggunakan teks melebihi 160 karakter.

Bahkan, berbagai ponsel dengan model baru memberikan fasilitas untuk dapat mengirimkan dan menerima SMS panjang secara transparan bagi pengguna tanpa harus sadar bahwa SMS panjang tersebut harus dipecah sebelum dikirim, dan pada saat diterima dijadikan satu menjadi satu pesan yang panjang.

Batas tipis




Murah, ke mana saja adalah ciri lainnya. Salah satu milestone perkembangan pengguna SMS di Indonesia adalah saat operator- operator memperbolehkan SMS dikirim antaroperator. SMS merupakan fasilitas telekomunikasi yang relatif murah dan bahkan kini pengiriman SMS dapat dilakukan bukan hanya antaroperator nasional, tetapi juga kepada operator-operator internasional. Implikasi dari kemampuan untuk berkomunikasi tanpa kenal waktu dan batas ini berimplikasi sangat dalam.

Pengiriman SMS juga dapat diyakinkan pasti sampai ke tujuan. Dengan fasilitas "return receipt" yang standar dalam fasilitas SMS, kita dapat memastikan bahwa SMS yang kita kirim sampai di pesawat telepon yang kita kirimkan.

Sebagai contoh, apabila sebuah pesan pendek SMS kita kirim ke seseorang yang pesawat ponselnya tidak menyala, status penerimaan dapat kita monitor sebagai status "pending" dan begitu ponsel dinyalakan dan SMS masuk ke handphone tersebut, status akan menjadi "received" atau diterima.

Dengan berkembangnya teknologi SMS beberapa tahun terakhir ini, terlihat terjadi pergeseran standar atau cara berkomunikasi, dan dalam kasus yang saya amati, di dalam lingkungan pemerintah. Batas antarjenjang menjadi sangat tipis, di mana semua pihak pada dasarnya berada dalam suatu jenjang horizontal dalam berkomunikasi dan cara berkomunikasi akhirnya hanya dibatasi oleh norma-norma sosial.

Teknologi SMS boleh dikatakan sebagai salah satu alat komunikasi yang mendobrak birokrasi, membuat komunikasi anywhere anytime menjadi mungkin. Memang ada yang suka dengan perubahan ini, tetapi banyak juga pihak yang merasa bahwa proses birokrasi informasi yang secara historis menjadi salah satu barrier menjadi hilang dan menghilangkan powerplay dari pihak-pihak yang dahulu diuntungkan dengan adanya pembatasan akses terhadap informasi dan orang.

Sebagai salah seorang di dalam lingkungan pemerintahan, saya adalah seorang pendukung fasilitas ini. SMS memotong birokrasi, membuat semua orang harus siap berkomunikasi kapan pun. Fasilitas ini membuat kita dapat menyelesaikan banyak hal secara paralel, menjadikan kita pekerja-pekerja lebih efisien.

Baik ataupun buruk, perubahan kultur, khususnya cara kita berkomunikasi satu sama lain, tidak lagi terhindarkan dan kita harus siap menyesuaikan diri dalam perubahan.

0 comments: