SejaraH manUsia - kOmputer,,




Ketika komputer pertama kali diperkenalkan secara komersial pada tahun 50-an, mesin ini sangat sulit dipakai dan sangat tidak praktis. Hal demikian karena waktu itu komputer merupakan mesin yang sangat mahal dan besar, hanya dipakai dikalangan tertentu, misalnya para ilmuwan atau ahli-ahli teknik.
Setelah komputer pribadi (PC) diperkenalkan pada tahun 70-an, maka berkembanglah penggunaan teknologi ini secara cepat dan mengagurnkan ke berbagai penjuru kehidupan (pendidikan, perdagangan, pertahanan, perusahaan, dan sebagainya). Kemajuan-kemajuan teknologi tersebut akhirnya juga mempengaruhi rancangan sistem. Sistem rancangan dituntut harus bisa memenuhi kebutuhan pemakai, sistem harus mempunyai kecocokkan dengan kebutuhan pemakai atau suatu sistem yang dirancang harus berorientasi kepada pemakai. Pada awal tahun 70-an ini, juga mulai muncul isu teknik antarmuka pemakai (user interface) yang diketahui sebagai Man-Machine Interaction (MMI) atau Interaksi Manusia-Mesin.
Pada Man-Machine Interaction sudah diterapkan sistem yang “user friendly”. Narnun, sifat user friendly pada MMI ini diartikan secara terbatas. User friendly pada MMI hanya dikaitkan dengan aspek-aspek yang berhubungan dengan estetika atau keindahan tampilan pada layar saja. Sistem tersebut hanya menitik beratkan pada aspek rancangan antarmukanya saja, sedangkan faktor-faktor atau aspek-aspek yang berhubungan dengan pemakai baik secara organisasi atau individu belum diperhatikan [PRE94].
Para peneliti akademis mengatakan suatu rancangan sistem yang berorientasi kepada pemakai, yang memperhatikan kapabilitas dan kelemahan pemakai ataupun sistem (komputer) akan memberi kontribusi kepada interaksi manusia-komputer yang lebih baik. Maka pada pertengahan tahun 80-an diperkenalkanlah istilah Human-Computer Interaction (HCI) atau Interaksi Manusia-Komputer.
Pada HCI ini cakupan atau fokus perhatiannya lebih luas, tidak hanya berfokus pada rancangan antarmuka saja, tetapi juga memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan interaksi antara manusia dan komputer. HCI ini kemudian berkembang sebagai disiplin ilmu tersendiri (yang merupakan bidang ilmu interdisipliner) yang membahas hubungan tirnbal balik antara manusia-komputer beserta efek-efek yang terjadi diantaranya.

interaksi kOmputer - mAnusia..

Ketika komputer pertama kali diperkenalkan secara komersial pada tahun 50-an, mesin ini sangat sulit dipakai dan sangat tidak praktis. Hal demikian karena waktu itu komputer merupakan mesin yang sangat mahal dan besar, hanya dipakai dikalangan tertentu, misalnya para ilmuwan atau ahli-ahli teknik.
Setelah komputer pribadi (PC) diperkenalkan pada tahun 70-an, maka berkembanglah penggunaan teknologi ini secara cepat dan mengagurnkan ke berbagai penjuru kehidupan (pendidikan, perdagangan, pertahanan, perusahaan, dan sebagainya). Kemajuan-kemajuan teknologi tersebut akhirnya juga mempengaruhi rancangan sistem. Sistem rancangan dituntut harus bisa memenuhi kebutuhan pemakai, sistem harus mempunyai kecocokkan dengan kebutuhan pemakai atau suatu sistem yang dirancang harus berorientasi kepada pemakai. Pada awal tahun 70-an ini, juga mulai muncul isu teknik antarmuka pemakai (user interface) yang diketahui sebagai Man-Machine Interaction (MMI) atau Interaksi Manusia-Mesin.
Pada Man-Machine Interaction sudah diterapkan sistem yang “user friendly”. Narnun, sifat user friendly pada MMI ini diartikan secara terbatas. User friendly pada MMI hanya dikaitkan dengan aspek-aspek yang berhubungan dengan estetika atau keindahan tampilan pada layar saja. Sistem tersebut hanya menitik beratkan pada aspek rancangan antarmukanya saja, sedangkan faktor-faktor atau aspek-aspek yang berhubungan dengan pemakai baik secara organisasi atau individu belum diperhatikan [PRE94].
Para peneliti akademis mengatakan suatu rancangan sistem yang berorientasi kepada pemakai, yang memperhatikan kapabilitas dan kelemahan pemakai ataupun sistem (komputer) akan memberi kontribusi kepada interaksi manusia-komputer yang lebih baik. Maka pada pertengahan tahun 80-an diperkenalkanlah istilah Human-Computer Interaction (HCI) atau Interaksi Manusia-Komputer.
Pada HCI ini cakupan atau fokus perhatiannya lebih luas, tidak hanya berfokus pada rancangan antarmuka saja, tetapi juga memperhatikan semua aspek yang berhubungan dengan interaksi antara manusia dan komputer. HCI ini kemudian berkembang sebagai disiplin ilmu tersendiri (yang merupakan bidang ilmu interdisipliner) yang membahas hubungan tirnbal balik antara manusia-komputer beserta efek-efek yang terjadi diantaranya.
Oleh Baecker dan Buxton [dalam PRE94] HCI ini didefinisikan sebagai “set of processes, dialogues, and actions through -which a human user employs and interacts with computer”. ACM-SGCHI [dalam PRE94] lebih jauh menuliskan definisi tentang HCI sebagai berikut:
— human-computer interaction is a discipline concerned with the design, evaluation and implementation of interactive computing system for human use and with the study of major phenomena surrounding them. “
Dengan demikian terlihat jelas bahwa fokus perhatian HCI tidak hanya pada keindahan tampilannya saja atau hanya tertuju pada tampilan antarmukanya saja, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek pamakai, implementasi sistem rancangannya dan fenomena lingkungannya, dan lainnya. Misalnya, rancangan sistem itu harus memperhatikan kenyamanan pemakai, kemudahan dalam pemakaian, mudah untuk dipelajari dlsb.
Tujuan dari HCI adalah untuk menghasilkan sistem yang bermanfaat (usable) dan aman (safe), artinya sistem tersebut dapat berfungsi dengan baik. Sistem tersebut bisa untuk mengembangkan dan meningkatkan keamanan (safety), utilitas (utility), ketergunaan (usability), efektifitas (efectiveness) dan efisiensinya (eficiency). Sistem yang dimaksud konteksnya tidak hanya pada perangkat keras dan perangkat lunak, tetapi juga mencakup lingkungan secara keseluruhan, baik itu lingkungan organisasi masyarakat kerja atau lingkungan keluarga. Sedangkan utilitas mengacu kepada fungsionalitas sistem atau sistem tersebut dapat meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerjanya. Ketergunaan (usability) disini dimaksudkan bahwa sstem yang dibuat tersebut mudah digunakan dan mudah dipelajari baik secara individu ataupun kelompok.
Pendapat Preece, J. di atas didasarkan pada pemikiran yang menyatakan bahwa kepentingan pemakai sistem harus didahulukan, pemakai tidak bisa diubah secara radikal terhadap sistem yang telah ada, sistem yang dirancang harus cocok dengan kebutuhan-kebutuhan pemakai.
Selanjutnya, dalam berinteraksi dengan komputer, para pemakai pertama kali akan berhadapan dengan perangkat keras komputer. Untuk sampai pada isi yang ingin disampaikan oleh perangkat lunak, pemakai dihadapkan terlebih dahulu dengan seperangkat alat seperti papan ketik (keyboard), monitor, mouse, joystick, dan lain-lain. Pemakai harus dapat mengoperasikan seperangkat alat tersebut. Selanjutnya, pemakai akan berhadapan dengan macam-macam tampilan menu, macam-macam perintah yang terdiri dari kata atau kata-kata yang harus diketikkannya, misalnya save, copy, delete, atau macam-macam ikon. Peralatan, perintah, ikon dan lain-lain yang disebutkan di atas dikenal dengan nama interface (antarmuka). Interface ini merupakan lapisan pertama yang langsung bertatap muka dengan pemakai.

Hubungan mAnusia dan mOuse..

Mouse tentu menjadi satu perangkat yang memudahkan para pengguna komputer saat bekerja. Dengan alat hasil temuan Douglas Engelbart pada tahun 1963 ini — dan awalnya diberi nama bug, maka orang akan lebih leluasa menjelajah setiap sudut monitor.
Namun dengan semakin dekatnya hubungan manusia dan komputer dalam berbagai aspek kehidupan, penggunaan mouse sendiri bisa menimbulkan rasa sakit, terutama pada bagian lengan. Hal ini didasarkan pada beberapa studi yang dilakukan, misalnya oleh Dr. Chris Jensen dan rekannya dari The National Institute of Occupational Health, Kopenhagen, yang menemukan bahwa mereka yang menggunakan komputer selama 3-4 jam dengan lebih dari 100 klik akan mengalami risiko paling tinggi atas sejumlah masalah di tangan atau pergelangan.
Meski dalam riset itu jenis mouse dalam hubungannya dengan rasa sakit tidak ikut diteliti, akan tetapi sikap, perlakuan orang pada mouse, dan posisi duduk yang baik menjadi hal yang sejak dulu dinilai dapat mencegah timbulnya rasa sakit tadi. Untuk itu, bagi yang sering berinteraksi dengan perangkat tersebut, ada beberapa hal yang patut diperhatikan.
Pertama adalah dengan menempatkan mouse di dekat dan di permukaan yang sama dengan keyboard. Hal ini dimaksudkan agar pengguna komputer bisa lebih mudah meraih dan menggunakan mouse. Perlu diperhatikan pula posisi duduk, ambil posisi duduk tegak, jangan membungkuk, loyo, atau lesu, karena akan mengakibatkan sakit punggung.
Untuk mouse yang masih menggunakan bola, bersihkan perangkat tersebut secara berkala karena kotoran yang masuk dikhawatirkan akan mengganggu gerak cursor. Demikian pula untuk menggunakan mouse pad, lagi-lagi agar gerakan cursor menjadi lebih lembut.
Kemudian agar pergelangan tangan tidak terlampau lelah, ada baiknya untuk menggunakan wrist rests di mana bantalan yang biasanya berisi silikon bisa memberi kenyamanan saat menggunakan mouse

Mendisiplinkan Karyawan dengan Biometrik


Tuhan menciptakan manusia dengan memiliki keunikan-keunikan tersendiri. Bagian-bagian tubuh manusia tidak ada yang sama antara satu sama lain. Oleh karena itulah bagian-bagian tubuh manusia seringkali digunakan untuk mengetahui identitas seseorang.
Tak heran apabila sejak beberapa abad yang lalu sidik jari digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi. Contohnya adalah VOC yang di masa zaman penjajahan kerap menggunakan sidik jari sebagai tanda yang sah dalam melakukan proses authentifikasi dengan tujuan-tujuan tertentu. Sampai kini sidik jari masih kita gunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan proses authentifikasi seperti pembuatan KTP, SIM, dan lain-lain.
Seperti halnya sidik jari, tubuh kita juga memiliki bagian-bagian lain yang memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh orang lain. keunikan-keunikan tersebut menimbulkan gagasan bagi manusia untuk memanfaatkannya sebagai identitas diri. Seiring perkembangan teknologi, manusia menggunakan teknologi yang secara otomatis dapat mendukung dalam proses identifikasi seseorang. Teknologi inilah yang kita kenal dengan biometrik (teknologi semi konduktor). Biometrik merupakan metode untuk mengenali seseorang berdasarkan karakter fisik maupun perilakunya.
Saat ini ada banyak perusahaan yang mengembangkan teknologi biometrik untuk digunakan di perusahaan-perusahaan. Salah satu perusahaan ternama yang mengembangkan teknologi biometrik adalah International Biometric Group. IBG merupakan perusahaan yang menyediakan solusi dan jasa biometrik. Sejak 1996, IBG telah menjalankan bisnis untuk keamanan jaringan dan sistem identifikasi.
Baru-baru ini, IBG mengeluarkan Biometrics Market and Industry Reports 2007-2012 yang menyajikan analisis mengenai aplikasi dan teknologi biometric di pasar global. Hasilnya menunjukkan bahwa teknologi biometrik menggunakan AFIS/Live Scan paling banyak digunakan dengan prosentase 33,6%. Sementara itu teknologi biometrik sidik jari atau biasa kita kenal dengan Fingerprint menempat urutan kedua dengan 25,3%.
Meskipun biometrik sistem yang tersedia di pasaran dapat menggunakan berbagai bagian tubuh mulai dari tekstur wajah, suara, retina, iris dan denyut jantung, namun hand scanner dan finger scanner merupakan tipe yang paling banyak digunakan perusahaan-perusahaan untuk absensi.
Mengenai hal ini, Anil Jain, seorang professor dari Michigan State University yang menjalankan the school’s biometric research program dan memiliki hak paten penggunaan fingerprint mengatakan bahwa hand geometry machine atau mesin identifikasi menggunakan tangan lebih banyak digunakan untuk absensi kehadiran
karena teknologi ini sudah tersedia sejak 25 tahun yang lalu. Beberapa perusahan besar di Amerika Serikat yang menggunakan hand scanner diantaranya bergerak di bidang industri rumah sakit dan laboratorioum seperti Merck, Bristol-Myers Squibb, Pfizer dan DuPont. Ada juga nama-nama restoran ternama seperti McDonald’s, Burger King, Dunkin’ Donuts dan Papa John’s Pizza.
Sementara itu, fingerprint scanner yang merupakan teknik yang nomor dua paling banyak digunakan untuk absensi digunakan oleh perusahaan-perusahaan seperti IBM, Hertz, Disney, TJ Maxx, Nordstrom, GAP, Office Depot, dan lain-lain. Selain itu the Transportation Security Administration baru-baru ini juga memasang fingerprint scanner untuk 55.000 lebih karyawannya yang dipasang di lebih dari 450 bandar udara di seluruh Amerika Serikat.
Mmeskipun kebanyakan perusahaan sedang berjalan untuk mengotomatisasi timekeeping system namun biometrik masih digunakan dalam jumlah persentase yang kecil dalam pengumpulan data dan waktu kehadiran. Hal itu berdasarkan 2006 payroll benchmark research dari The Hacket Group dimana 33% perusahaan masih menggunakan paper time cards untuk absensi dan kehadiran karyawan.
Mencegah Penipuan
Teknologi biometrik saat ini cukup popular dan digunakan banyak perusahaan di berbagai industri. Bila dahulu biometrik lebih identik digunakan di instansi pemerintahan dan industri yang membutuhkan high-security system, saat ini perusahaan-perusahaan seperti pabrik, restoran, rumah sakit, laboratorium dan lain-lain mulai menggunakan biometrik menggantikan absensi manual atau kita kenal dengan mesin ‘ceklokan’, magnetic strip ID card sampai barcode.
Teknologi ini ibarat senjata bagi perusahaan untuk mendisiplikan karyawannya. Kedisiplinan merupakan faktor penting untuk terciptanya SDM yang berkualitas. Sehingga biasanya perusahaan akan memberikan perhatian pada hal-hal yang bisa meningkatkan keberhasilan secara efektif dan efisien. Untuk itu, salah satu paramater yang digunakan adalah kemampuan para karyawan untuk masuk kantor pada waktunya. Dengan adanya teknologi ini, praktis HRD akan terbantu ketika memantau jam keluar masuk karyawan.
Meskipun selain biometrik masih ada sistem absensi lain yang berbasis teknologi, namun sayangnya sisetm-sistem tersebut memiliki kelemahan tersendiri. Contohnya absensi menggunakan magnetic card. Oknum-oknum karyawan dapat dengan mudah melakukan kecurangan dengan menitipkan kartu absennya pada teman yang datang lebih awal, untuk kemudian minta diabsenkan. Dengan biometrik sistem, kemungkinan ini bisa direduksi meskipun tidak tertutup pula kemungkinan lain dari karyawan untuk melakukan kecurangan.
Romy Robb, payroll administrator di the Hilton Waterfront Beach Resort di Huntington Beach, California, seperti dikutip SHRM beralasan bahwa system ini mudah digunakan. Karyawan tidak harus menggunakan kartu absensi dan mencegah karyawan untuk ‘titip absen’. Ternyata tak hanya itu manfaat yang bisa diperoleh dari biometrik sistem. Selain untuk absensi, biometric system juga dapat diintergrasikan ke HR technology system seperti kompensasi dan payroll. Dengan berbagai kelebihannya, biometrik sistem tampaknya akan menjadi pilihan bagi perusahaan-perusahaan di berbagai industri.

What'z HCI??


Komputer dan alat – alat yang terkait dengannya harus didesain dengan mempertimbangkan bahwa manusia, yang memiliki perintah spesifik dalam pikirannya, ingin menggunakan komputer dan alat – alat terkait sedemikian rupa sehingga dapat sepenuhnya membantu pekerjaan keseharian mereka. Untuk dapat melakukan hal tersebut, orang – orang yang mendesain sistem ini harus mengetahui bagaimana caranya memikirkan perintah – perintah yang akan diberikan oleh pengguna nantinya, serta bagaimana caranya menterjemahkan pengetahuan tersebut ke dalam sistem yang dapat diproses. Komputer dan alat – alat yang terkait dengannya harus didesain agar:
Sesuai dengan perintah – perintah yang diberikan
1. Mudah digunakan
2. Memberikan umpan balik bagi performansi
3. Menampilkan data dalam format yang sesuai dengan penggunanya
4.
Sesuai dengan prinsip – prinsip ergonomi dalam perangkat lunak
Apa yang dimaksud dengan HCI? HCI melibatkan desain, implementasi, dan evaluasi dari sistem interaktif dalam konteks perintah dan pekerjaan pengguna (user)§ Dengan pengguna (user), kita dapat mengartikan pengguna individual, sekelompok pengguna yang bekerja bersama, atau pengguna yang berurutan dalam sebuah organisasi yang masing – masing berhadapan dengan suatu bagian dari pekerjaan atau proses.§ Dengan komputer, kita mendefinisikan setiap teknologi, mulai dari desktop komputer secara umum sampai sistem dalam skala besar dari komputer, sistem pengontrol proses atau sistem yang terbangun di dalamnya. § Dengan interaksi, kita mendefinisikan setiap komunikasi antara pengguna (user) dan komputer, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Siapa yang terlibat dalam HCI
Ergonomics for the user’s physical capabilities
Computer science & engineering to be able to build the necessary technology
Business to be able to market it
HCI dapat dipastikan merupakan sebuah subyek yang multidisiplin. Desainer ideal dari sebuah sistem interaktif seharusnya memiliki keahlian dalam berbagai topik: ilmu pengetahuan psikologi dan kognitif,
sosiologi, ilmu dan teknologi komputer, dan lain – lain. Kita ingin mendukung sudutpandang multidisiplin dari HCI, namun kita juga memiliki pendirian sebagai seorang ilmuwan komputer. Tujuannya adalah agar dapat menjadi multidisiplin namun tetap praktis. Kita fokuskan khusus pada ilmu komputer, psikologi, dan keilmuan kognitif sebagai pembahasan utama, dan aplikasi keilmuan – keilmuan tersebut pada desain. Disiplin ilmu yang lain akan dibahas hanya untuk memberikan masukan yang relevan. Teori dan HCI Tidak ada teori secara umum dan khusus mengenai HCI yang dapat disajikan di sini. Ada tiga isu utama yang kita perhatikan: manusia, komputer, dan pekerjaan yang dilaksanakan. Begitu juga dengan HCI, interface yang bagus dan cantik secara artistik akan sangat menyenangkan dan dapat merampungkan pekerjaan yang dibutuhkan, sebuah perkawinan antara seni dan ilmu pengetahuan yang menghasilkan sebuah kesuksesan secara menyeluruh. Fokus utama dari desain:
1. Perbaikan/penentuan yang cepat
2. Berpikir seperti seorang pengguna (user)
3. Berani mencoba
4. Melibatkan pengguna (user)
5. Diulang

BIOMETRIK SEBAGAI PENGGANTI PASSWORD..


Teknologi biometrik yang mampu mengenali manusia lewat sidik jari, mata, atau karakter khas bagian tubuh lain kini semakin memasyarakat. Didukung faktor harga yang semakin terjangkau dan bisa diterapkan pada banyak sektor, teknologi ini akan menggusur kata sandi (password) sebagai pintu masuk yang punya kelemahan.


Akan seperti komputer


Seperti diwartakan Kompas Cyber Media yang mengutip hasil penelitian CentralNIC (perusahaan pendaftar domain di Inggris), hampir separuh responden menggunakan nama atau nama panggilan sendiri sebagai password. Sepertiga responden memakai nama tim olahraga kesayangan atau nama bintang pujaan.


Padahal kata sandi punya kelemahan. Selain harus diingat oleh si pemegang sandi, juga gampang ditebak meski yang sulit sekalipun karena ada alatnya. Menurut para ahli keamanan, kini ada cracking tool yang mampu memindai kata maupun menebak password berupa kombinasi huruf dan angka. "LoftCrack", salah satu program penjebol sandi misalnya, hanya butuh waktu 48 jam untuk mencari seluruh arsip password di suatu perusahaan.


Tak heran jika kemudian ada gagasan mencari pendekatan lain yang lebih canggih sebagai pengganti password. Jika kata sandi harus diingat (entah password-nya sendiri dan atau tempat menyembunyikannya), mengapa tidak memakai sesuatu yang melekat di tubuh dan tanpa harus mengingat-ingat segala? Suara manusia, raut muka, atau sidik jari sebagai pembuka akses menjadi peluang besar pengganti kata sandi yang rentan dibobol.


Parameter manusia yang dikenal dengan biometrik itu punya keunggulan sifat tidak bisa dihilangkan, dilupakan, atau dipindahkan dari satu orang ke orang lain. Juga sulit ditiru atau dipalsukan.


Aplikasi teknologi biometrik bisa dicontohkan seperti ketika Anda memberikan tanda masuk ke kantor atau akses ke komputer menggunakan pemindai sidik jari; mengambil uang dari mesin kas yang dapat memindai mata Anda untuk mengenali bahwa Anda-lah pemilik sah uang itu; mengidentifikasi diri Anda pada bank melalui telepon dengan memakai pengenal suara (voice recognition); dan check in untuk penerbangan hanya dengan melewati sebuah kamera di bandara yang mengenali Anda sebagai penumpang berlangganan.


Di masa depan, teknologi biometrik akan mirip fenomena komputer yang kemudian menjadi bagian dari sebuah produk kebutuhan hidup sehari-hari. Semua proses kerja di kantor seperti aktivitas akuntansi, pembuatan laporan, penawaran penandatanganan kontrak, dan banyak hal lain disinyalir akan melibatkan teknologi biometrik.


Sejak Mesir kuno


Sebenarnya, teknologi biometrik sudah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Rekaman roman muka dan ukuran bagian tubuh yang dikenali biasanya digunakan untuk meyakinkan bahwa yang bersangkutan adalah orang yang sebenarnya. Akses kontrol seperti itulah awal dari workflow sistem pengamanan. Logikanya, tidak seorang pun memiliki akses tanpa ia dipercaya dan orang lain dilarang. Teknologi akses kontrol berusaha mengotomatisasi proses yang menjawab dua pertanyaan dasar sebelum menawarkan berbagai jenis akses. Yang pertama, "Siapakah Anda?" Kedua, "Apakah Anda benar seperti yang Anda katakan?" Pertanyaan pertama mewakili fungsi identifikasi, dan pertanyaan kedua mewakili fungsi verifikasi (pembuktian).


Pendekatan umum untuk memperoleh akses itu melalui penggunaan tanda dan anggapan bahwa pemilik tanda dan identitas pembuktian agak sepadan. Model seperti ini disebut pengamanan satu faktor (single-factor security). Contohnya, kunci rumah atau password. Pendekatan seperti ini memiliki risiko jika tanda itu hilang atau tercuri. Sekali kunci jatuh ke tangan orang lain, ia bisa leluasa masuk rumah. Begitu juga dengan password yang sudah tidak rahasia lagi, orang lain bisa menggunakannya.


Untuk mengatasinya dibuatlah dua tanda. Pendekatan seperti ini disebut pengamanan dua faktor (two-factor security). Cara ini lebih tahan terhadap risiko. Contoh paling umum adalah kartu anjungan tunai mandiri (ATM). Dengan kartu yang menunjukkan siapa Anda dan PIN yang merupakan tanda Anda sebagai pemilik sah kartu, Anda bisa mengakses rekening bank Anda. Kelemahan pengamanan ini, kedua tanda itu harus berada pada peminta akses. Jadi, kartu saja atau PIN saja tidak akan bekerja.


Sistem keamanan dua faktor ini memerlukan infrastruktur untuk membuat dan menerbitkan kartu serta mekanik yang dipakai untuk membaca kartu yang salah satunya berisi data PIN. Pendekatan ini masih terhitung praktis sebab orang hanya membawa beberapa kartu.


Persoalan timbul manakala Anda dilanda "penyakit" lupa. Juga, kita sering tidak menyadari bahwa PIN itu sesuatu yang sangat pribadi. Keluarga atau teman dekat sekalipun pada dasarnya tidak boleh tahu. Kejahatan yang lebih canggih adalah dengan mencuri data-data PIN itu langsung dari sumbernya.


Tak perlu PIN lagi


Ada banyak biometrik yang bisa dipakai. Dari yang sudah disebut tadi, sidik jari paling banyak dipakai dalam sistem keamanan. Tinta untuk sidik jari sudah digunakan selama berabad-abad, dan di era digital sekarang sidik jari sudah didigitalisasikan. Sistem elektronik modern menyaring bentuk melengkung (loop), jerat (arche), dan lingkaran (whorl) dari seluruh jenis sidik jari konvensional ke dalam kode numerik. Parameter sidik jari lebih banyak digunakan karena mudah dan murah. Sebagai gambaran, jika tahun 1998 pangsa pasar sidik jari baru 40%, dua tahun kemudian meningkat menjadi 84% (International Biometric Group).


Teknologi sidik jari (finger scan) dipertimbangkan sebagai salah satu produk biometrik untuk aplikasi dalam sistem jaringan perusahaan. Perusahaan teknologi menyatakan, kebanyakan telepon yang masuk ke meja operator (help desk) adalah meminta bantuan karena lupa password. Biaya yang dikeluarkan untuk menangani hal itu berkisar AS $ 135 – 170 per orang per tahun! Tak heran jika kemudian teknologi finger scan ditengok karena lebih efisien.


Sistem ini juga banyak dipakai untuk mengontrol akses dan membedakan identitas di banyak perkantoran, pabrik, sekolah, rumah sakit, pusat tenaga nuklir, dan gedung pemerintahan dengan sistem keamanan tinggi. Produk ini juga bisa digunakan sebagai sistem hadir yang bisa mencegah penipuan seperti pada sistem kartu.


Beberapa negara rela mengeluarkan dana dan waktu dalam jumlah lumayan untuk digitalisasi sidik jari demi memberantas penipuan identitas. Argentina, misalnya, menghabiskan waktu lima tahun dan biaya AS $ 1 miliar. Amerika, Inggris, dan negara maju lainnya memakai sistem ini untuk departemen kepolisian dan informasi social security.


Beberapa bank mulai menerapkan teknologi sidik jari untuk transaksi melebihi batas pada teller approval. Juga bagi customer service dalam memberikan layanan dan informasi pada nasabah serta penggunaan ATM. Yang lebih penting memang penerapan pada transaksi kartu debit yang saat ini masih menggunakan password. Sebab, transaksi itu dilakukan di tempat umum dan kasir biasanya tidak dikurung layaknya ATM.


Lewat imigrasi berbekal tangan


Biometrik yang terkenal lainnya, hand geometry. Tidak seperti pemindaian sidik jari yang dikenal luas di Amerika dan Eropa Barat, sistem ini tidak distigmatisasikan oleh sebuah badan keamanan atau intelijen yang memiliki konsekuensi hukum. Produk ini melibatkan pemindaian bentuk, ukuran, dan karakter lain (seperti ukuran jari) dari sebagian atau keseluruhan tangan. Pemakai diwajibkan membuat beberapa klaim tentang siapa mereka dengan menggesek kartu sebagai contoh sebelum pemindaian.


Contoh teknologi ini yang terkenal adalah program Inspass. Penumpang yang sering terbang ke Amerika boleh melewati antrean di bagian keimigrasian di tujuh bandara besar dengan hanya menggesek sebuah kartu dan menempatkan tangan mereka di atas pemindai. Pemindainya dipasok oleh Campbell, Kalifornia.


Sistem lain, pemindaian mata, dikenal dari cerita mata-mata. Serat-serat, alur, dan bintik-bintik pada selaput pelangi mata (bagian berwarna pada mata) dipindai menggunakan sebuah kamera video yang bisa memberikan informasi untuk mengenali seseorang. Tapi sistem ini di mata pemakai lebih mengganggu dibandingkan dengan sistem sidik jari.


Meski begitu, sistem pemindaian mata ini telah dicoba oleh sejumlah bank di Inggris, Jepang, dan Amerika. Dengan teknologi ini, tidak diperlukan lagi kartu atau PIN untuk mengakses sebuah rekening. Maskapai Amerika juga sudah mencoba sistem ini di dua bandara bagi pelanggan untuk memperoleh kartu penerbangannya.


Biometrik wajah juga bisa dipakai. Teknologi ini bekerja dengan menganalisis sebuah citra video atau fotografi dan mengidentifikasi posisi dari beberapa "titik pusat pertemuan" pada raut muka seseorang. Titik pusat pertemuan ini kebanyakan berada di antara dahi dan di atas bibir. Ekspresi maupun keberadaan rambut halus tidak berdampak terhadap analisisnya.


Identifikasi wajah punya kelebihan, yakni orang yang bersangkutan tidak merasa kalau wajahnya sedang dianalisis. Makanya, teknik ini bisa dikembangkan untuk mengetahui keberadaan seorang teroris, misalnya, yang sedang kasak-kusuk hendak beraksi di sebuah bandara. Atau untuk mencegah pengacau pertandingan sepakbola di lapangan dan penipuan di kasino.


Yang agak sulit dikembangkan adalah biometrik suara. Padahal teknologi ini murah biayanya, hanya memerlukan alat penganalisis karakter vokal seseorang (ingat kasus pembuktian rekaman beberapa tokoh oleh pakar multimedia R.M. Roy Suryo). Akan tetapi keandalaan produk ini rendah dibandingkan dengan produk biometrik lainnya, terutama ketika waktu untuk berbicara cuma sedikit.


Mirip dengan suara adalah tanda tangan. Sistem ini berlandaskan pada teori grafologi bahwa tanda tangan mencerminkan karakter seseorang. Perangkat keras yang digunakan adalah pen dan sebuah pad untuk mengambil suatu tanda tangan. Tapi teknologi ini akan bermasalah jika hanya bertumpu pada kebiasaan.


Sinergi lebih sip


Masih banyak tanda tubuh lain yang bisa dipakai sebagai pembuka akses. Ambil contoh pengenalan bau tubuh, pengukuran suhu muka, dan resonansi suara. Masing-masing bisa melengkapi kekurangan biometrik lain. Misalnya, kesulitan membedakan orang kembar bisa diatasi dengan pengenalan suhu muka. Masalahnya, beberapa produk biometrik kurang praktis dan perlu biaya besar untuk membuatnya.


Menurut Mark Lockie, editor pada Biometric Technology Today, tahun 2000 menjadi tahun menentukan bagi perkembangan biometrik. Pendorongnya adalah besarnya perhatian orang akan keamanan jaringan atau network dan perdagangan online. Ditambah dengan menurunnya harga perangkat keras.
Maka tak salah jika International Biometric Industry Association (IBIA) meramalkan, pada 2003 penjualan untuk perangkat kerasnya mencapai AS $ 600 juta. Sedangkan penjualan untuk perangkat lunaknya bisa mencapai 2 – 3 kali lipat. Dari beberapa teknologi yang saat ini dikomersialkan (sidik jari, mata, muka, suara, dan tanda tangan), teknologi sidik jari yang paling luas dipergunakan. Sistem ini juga memiliki beberapa keunggulan dengan harga semakin murah dan aplikasi semakin sederhana.


Sementara itu Amerika, Inggris, dan Irlandia telah meloloskan hukum untuk mengesahkan tanda tangan yang dibuat secara digital. Dengan peraturan ini sebuah tanda tangan digital punya kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan yang memakai tinta. Namun, ini seperti kembali ke sistem pengamanan satu faktor. Untuk mengatasi tercurinya tanda tangan digital, teknologi itu akan didampingi degan teknologi biometrik lain, misalnya sidik jari. Dengan begitu sebuah tanda tangan bisa dikeluarkan jika hanya sidik jari pemiliknya ditampilkan.


Optimisme akan perkembangan teknologi ini semakin membuncah ketika raksasa piranti lunak Microsoft mengumumkan akan menyediakan bantuan untuk penerapan biometrik pada sistem operasi Windows. Pengguna nantinya bisa log in menggunakan biometrik sehingga menciptakan keamanan transaksi e-commerce.


Toh yang kontra pun bermunculan. Ada yang mempertanyakan soal privacy penggunaan biometrik ini. Yang lain meributkan mengenai tingkat keamanan dari database penyimpan data bioemtrik. Untuk yang terakhir bisa diakali dengan membawa database biometriknya sendiri dalam kartu pintar seperti dilakukan Inpass.


Persoalan biaya akan terjawab manakala produk ini sudah menjadi massal. Di lain pihak, orang akan menggunakan produk ini jika ada peningkatan layanan. Misalnya lebih cepat, biaya rendah, serta tingkat keamanan meningkat. Dalam jangka empat tahun ke depan, diperkirakan sensor sidik jari bisa didapat dengan harga AS $ 10.

hUman cOmputer intEractiOn..

Human Computer Interaction

5.jpeg

Pengertian Interaksi Manusia-Komputer

Ketika komputer pertama kali diperkenalkan secara komersial pada tahun 50-an, mesin ini sangat sulit dipakai dan sangat tidak praktis. Hal demikian karena waktu itu komputer merupakan mesin yang sangat mahal dan besar, hanya dipakai dikalangan tertentu, misalnya para ilmuwan atau ahli-ahli teknik.

Setelah komputer pribadi (PC) diperkenalkan pada tahun 70-an, maka berkembanglah penggunaan teknologi ini secara cepat dan mengagurnkan ke berbagai penjuru kehidupan (pendidikan, perdagangan, pertahanan, perusahaan, dan sebagainya). Kemajuan-kemajuan teknologi tersebut akhirnya juga mempengaruhi rancangan sistem. Sistem rancangan dituntut harus bisa memenuhi kebutuhan pemakai, sistem harus mempunyai kecocokkan dengan kebutuhan pemakai atau suatu sistem yang dirancang harus berorientasi kepada pemakai. Pada awal tahun 70-an ini, juga mulai muncul isu teknik antarmuka pemakai (user interface) yang diketahui sebagai Man-Machine Interaction (MMI) atau Interaksi Manusia-Mesin.

Para peneliti akademis mengatakan suatu rancangan sistem yang berorientasi kepada pemakai, yang memperhatikan kapabilitas dan kelemahan pemakai ataupun sistem (komputer) akan memberi kontribusi kepada interaksi manusia-komputer yang lebih baik. Maka pada pertengahan tahun 80-an diperkenalkanlah istilah Human-Computer Interaction (HCI) atau Interaksi Manusia-Komputer.

Wiimote - revolusi HCI

6.jpeg

Bagi yang sudah bosan “terkungkung” dengan keyboard, mouse, dll sebagai perangkat HCI, perangkat-perangkat baru menjadi selalu menarik.

Ada alat yang bisa mendeteksi seluruh gerakan tubuh kita. Webcam yang bisa mendeteksi gerakan di depannya. Bagi penderita RSI, keyboard & mouse khusus jadi sangat membantu mereka. Ada lagi software text-to-speech, dan kebalikannya, speech-to-text. Dan banyak lagi lainnya.

Tapi yang paling menarik bagi saya (selain brain plug) adalah Wiimote. Sejak pertama kali tersiar kabar mengenai alat yang unik ini, saya yakin bahwa akan ada revolusi besar - paling tidak bagi posisi Nintendo sendiri di pertarungan di arena game console.

Pertama, Wiimote mengusung konsep input yang sangat menarik - motion sensor. Sebetulnya Wiimote bukan yang pertama - beberapa di antaranya telah saya sebutkan di paragraf pertama. Namun, Wiimote sepertinya adalah yang pertama yang sukses secara massal, mudah digunakan, harganya terjangkau, dan universal - tidak hanya di Nintendo Wii, namun kinipun sudah mulai bisa digunakan di PC.

Kedua, Wiimote bukan hanya perangkat input (IR sensor, motion sensor, buttons); namun sekaligus juga adalah perangkat output (force feedback, speaker, LED).

Ketiga, aplikasi Wiimote tidak hanya semata untuk game, berbeda dengan game controllers lainnya; tapi bisa jauh lebih luas lagi dari itu.

Kemarin ini saya berbincang-bincang dengan kawan mengenai potensi Wiimote — software (bukan video) tutorial aerobik, dimana Anda musti menggerak-gerakkan Wiimote sesuai instruksi. Keahlian Anda tidak hanya menjadikan Anda top scorer, namun sekaligus menjadikan badan lebih sehat.

Lalu Wiimote sebagai interface ke dunia virtual seperti SecondLife. Atau, belajar karate dengan Wiimote ? Tidak hanya mendapatkan nilai tinggi dan instant gratification / kepuasan melihat musuh-musuh di layar bertumbangan, Anda juga mendapat keahlian praktis. Dan masih banyak potensi lainnya.

Mudah-mudahan Nintendo dan vendor software PC bisa segera menyadari peluang ini, dan mewujudkannya menjadi kenyataan. Mari kita tunggu bersama-sama.

Mendekonstruksi Peran Mouse

7.png

Site dontclick merupakan situs research tentang kebiasaan pengguna dengan piranti masukan mouse. Aturannya sederhana saja : penggunanya diharamkan menggunakan tombol atau meng-klik mouse mereka. Semua interaksi menggunakan medium pergerakan kursor pada koordinat x-y layar. Gambar dan informasi yang bersesuaian akan muncul dengan cukup mengarahkan mouse kita ke menu yang kita inginkan. Artinya klik digantikan dengan mode gerakan. Ada berbagai macam eksperimen di situ termasuk juga tutorial serta eksperimen bagaimana kita mengganti klik dengan gerakan sirkular pada layar.

Jika Anda ternyata mengklik tikus di bawah tangan Anda ketika sedang berkunjung ke sana, maka mereka akan merekamnya. Sengaja atau tidak, mereka akan mengkonfirmasinya. Termasuk keseluruhan gerakan yang Anda lakukan saat bertandang ke situs dontclick. Namanya juga penelitian. Mereka butuh mengerti bagaimana pengalaman pengguna akan membentuk suatu persepsi psikologis kognitif saat mereka menghadapi lingkungan yang baru apalagi mensarahkan meninggalkan kebiasaan lama pengguna komputer. Apakah teknik tersebut bermanfaat dalam mendekati pengguna? Apakah pengguna merasa nyaman atau malah frustasi? Secara ergonomis apakah ada hubungannya antara menghilangkan klik mouse dengan kesehatan manusia? (ini sepertinya berlebihan).

Saya sendiri salut dengan ide brilian ini. Ternyata bisa juga tombol yang imut itu ditinggalkan. Navigasi web yang smooth dan mudah. Namun sekali lagi ia tidak cukup signifikan untuk diterapkan. Klik tetaplah lebih nyaman. Karena ada hal2 yang tidak tergantikan oleh gerak.

Pertama adalah real model. Beragam inovasi diluncurkan agar User Interface (UI) semirip mungkin dengan dunia nyata. Pemodelan yang paling sederhana misalnya adalah sebuah tombol (button). Tombol berfungsi untuk memicu sebuah action. Menggunakannya adalah dengan cukup ditekan. Dalam hal ini pemodelan meng-klik mouse lebih mirip menekan tombol daripada sekedar menyentuh atau meraba-raba. Tolong, jangan ngeres ya.

Kedua yaitu faktor feedback. Mouse mampu menyajikan kemantapan dan kepuasan umpan balik bagi pengguna. Gerakan meng-klik tombol, sensasi sentuhan atas-bawah berpegas, suara ‘klik’ dari mouse lebih mampu membuat pengguna merasa terwakili. Alias lebih marem.

Alasan lainnya adalah tidak semua menu ingin kita lihat. Jika kita tak sengaja mengarahkan mouse ke menu lain maka akan tampil informasi lain. Hal ini cukup mengganggu jika kita sedang fokus membaca sebuah informasi yang cukup panjang. Akhirnya adalah kita harus selalu waspada dengan keberadaan posisi kursor kita. Salah letak bisa membuat kita berjarak dengan informasi yang kita butuhkan. Capek d!

Tak kalah penting yaitu alokasi gerakan kursor yang dilakukan oleh UI dontclick akan lebih banyak. Apalagi jika klik diganti dengan gerakan memutar di atas sebuah pilihan. Padahal terlalu banyak menggerakkan mouse hanya untuk mengakses menu merupakan salah satu ciri antarmuka yang kurang bersahabaT

Computer Supported Collaborative Research (CSCR)

CSCR merupakan bidang baru terkait riset masyarakat HCI. CSCR merupakan kelanjutan dari pendahulunya, yaitu Computer Supported Collaborative Work (CSCW) dan Computer Supported Collaborative Learning (CSCL). Keduanya ini merupakan subyek riset HCI hampir sepuluh tahun yang lalu.
Gambar berikut menampilkan kedudukan dari ketiganya (merupakan bagian dari HCI)

8.png
Perbedaan utama antara CSCW dan CSCL yaitu bahwa CSCW dikarakteristikan oleh “kebutuhan akan ruang kerja (workingspace)” sedangkan CSCL membutuhkan ruang kerja dan ruang belajar (learningspace)
Workingspace adalah domain tempat aktivitas-aktivitas berikut berlangsung: communication space, scheduling space, sharing space, dan product space.
Learning space adalah domain yang memuat seluruh aspek workingspace ditambah dengan aktivitas berikut: reflection space, social space, assessment space, tutor space, dan administration space
Perbedaan utama antara CSCR dan CSCL adalah bahwa suatu rekord penuh dari seluruh interaksi antar partisipan merupakan tool penting dan dibutuhkan untuk mengevaluasi kontribusi setiap anggota dalam suatu collaboratiob group yang nanti dapat menentukan “suatu share modal yang adil (a fair capital share) apabila proyek riset berjalan dengan sukses.is successful.
CSCR membutuhkan Workingspace, Learningspace, dan aktivitas-aktivitas berikut: knowledge space, publication space, privacy space, publication space, negotiation space.