Jika Elemen Cinta Menyatu Dengan Kecerdasan Buatan


Artificial Intelligent (AI) merupakan sebuah karya perfilman yang seakan ingin menegaskan makna cinta yang universal dalam diri setiap manusia yang sekaligus merupakan faktor utama pembeda manusia dengan makhluk hidup lainnya. Sosok David (diperankan Haley Joel Osment) yang merupakan generasi mecca (mechanical) adalah pencapaian terbaik manusia dalam bidang kecerdasan artifisial yang tidak dibuat hanya untuk menjadi sekedar organisma sibernetik pelayan manusia belaka, lebih dari itu, ia diharapkan menjadi model pengembangan humanoid yang lebih sensitif karena dilengkapi dan diprogram untuk bisa peka terhadap hal merasakan dan mengasihi. Belakangan, David kemudian memiliki kemampuan adaptasi yang sangat baik terhadap kedua hal tersebut, yang membuatnya menjadi begitu berbeda dengan generasi AI sebelumnya. Perkembangan unik ini makin berkembang setelah ia mengalami dan merasakan pengalaman hidup yang sesungguhnya setelah direlakan oleh orang tua angkatnya yang ternyata lebih mengasihi anak kandung mereka dari David, kemudian juga melalui perjumpaannya dengan Joe, sosok mecca lainnya yang memiliki respon berbeda terhadap hal mengasihi. Pengalaman pengalaman yang lebih banyak menyakitkan memang secara tak langsung memperkaya kepribadian artifisial David yang berkembang sampai pada taraf (hampir) menyerupai respon manusia. Bahkan, ia kemudian mengembangkan imajinasinya dan (semacam) obsesi yang diwujudkan dalam sosok Peri Biru, khas khayalan anak manusia seusianya. Sebuah tahap yang sangat mengagumkan dalam pencapaian sebuah kecerdasan buatan, yang bahkan mengejutkan pencipta David sendiri.

Film drama sains fiksi yang satu ini memang cukup menarik, meski temanya bukan merupakan hal yang baru, cerita dapat dijalin dengan sedemikian dramatik, sehingga penonton seolah diajak untuk merenungkan eksistensi diri sebagai manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penyajian karakter karakter utama maupun pendukung dalam film ini juga menarik dan sangat baik dengan variasi dan perkembangan kepribadian dan karakterisasi yang unik. Menarik menyaksikan perkembangan karakter David yang berusaha untuk menjadi anak (manusia) yang mampu mencintai dan dicintai dengan setulusnya oleh orang tua angkatnya. Seakan ingin menyampaikan pesan betapa berbahagianya kita manusia yang diperlengkapi oleh Tuhan dengan kombinasi respon akal budi dan keseimbangan perasaan yang membuat kita semua menjadi begitu mengagumkan. Sosok David juga dapat merupakan gambaran dari kerinduan utopis dari manusia akan tanggapan yang lebih baik terhadap dunia sekitar. Betapa menyedihkannya kalau kita menyaksikan efek es yang mencair yang ditampilkan di film ini yang menenggelamkan kota kota penting New York, Venesia, Amsterdam yang ironisnya meski disadari tetapi saat ini masih terus berlangsung aksi aksi manusia yang merusak keseimbangan alam.

Jika dilihat dari segi efek khususnya, film ini merupakan salah satu yang terbaik. Dengan dukungan dari Industrial Light and Magic, efek efek fantastis dan mengagumkan dapat kita saksikan disitu. Dari segi kekurangannya, sebagaimana film drama lainnya, ada perlambatan alur di awal cerita yang cukup lama (sampai sekitar 20 menit pertama) yang bisa jadi membuat penonton rada tidak sabar. Untunglah, alur mulai dinaikkan secara bertahap di menit menit berikutnya sehingga cerita menjadi tidak terlalu membosankan lagi. Selebihnya semuanya disajikan dengan sangat baik. Akting dari seluruh pendukung yang tepat dan efek suara dan latar yang sesuai. Akhir cerita juga sangat baik sekali merangkum keseluruhan cerita. Kesimpulannya, jika ingin menyaksikan tontonan inspiratif sempatkan waktu menonton AI.

0 comments: